Candi Cangkuang: Candi Hindu di Garut dan Kisah Dalem Arief Muhammad

Candi Cangkuang: Candi Hindu di Garut dan Kisah Dalem Arief Muhammad – Candi Cangkuang merupakan salah satu peninggalan sejarah yang unik di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Terletak di Kampung Pulo, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, candi ini dikenal sebagai satu-satunya candi Hindu yang ditemukan di wilayah Tatar Sunda. Keberadaan Candi Cangkuang tidak hanya menyimpan nilai arkeologis yang penting, tetapi juga berkaitan erat dengan kisah tokoh penyebar Islam setempat, yaitu Dalem Arief Muhammad. Perpaduan antara sejarah Hindu dan Islam di kawasan ini menjadikan Candi Cangkuang sebagai simbol toleransi dan peralihan budaya yang menarik untuk ditelusuri.

Berbeda dengan candi-candi besar di Jawa Tengah atau Jawa Timur, Candi Cangkuang memiliki ukuran yang relatif kecil dan sederhana. Meski demikian, nilai sejarah dan budayanya sangat besar. Candi ini berdiri di tengah sebuah pulau kecil di Situ Cangkuang, dan untuk mencapainya, pengunjung harus menyeberang menggunakan rakit bambu tradisional. Pengalaman ini memberikan kesan tersendiri, seolah membawa pengunjung kembali ke masa lalu dan memasuki ruang sejarah yang tenang dan sakral.

Sejarah Candi Cangkuang dan Jejak Hindu di Tatar Sunda

Candi Cangkuang diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi, berdasarkan temuan arkeologis dan gaya arsitekturnya yang mirip dengan candi-candi Hindu awal di Pulau Jawa. Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1966 oleh seorang arkeolog asal Belanda yang tertarik dengan sebuah arca Siwa yang dimiliki oleh warga setempat. Penemuan tersebut kemudian mendorong penelitian lebih lanjut hingga akhirnya Candi Cangkuang dipugar dan dibuka untuk umum.

Secara arsitektur, Candi Cangkuang memiliki bentuk yang sederhana dengan struktur persegi dan atap bertingkat. Di dalam candi terdapat arca Dewa Siwa, yang menegaskan latar belakang Hindu aliran Siwaisme. Ukurannya yang kecil mengindikasikan bahwa candi ini kemungkinan bukan pusat ibadah besar, melainkan tempat pemujaan skala lokal. Hal ini memberikan gambaran bahwa pengaruh Hindu di wilayah Sunda pernah ada, meski tidak sebesar di wilayah Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Keberadaan Candi Cangkuang menjadi bukti penting bahwa wilayah Tatar Sunda tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masa lampau. Sebelum masuknya Islam, masyarakat setempat telah mengenal sistem kepercayaan dan ritual Hindu yang memengaruhi struktur sosial dan budaya. Candi ini menjadi saksi bisu fase awal sejarah Jawa Barat yang jarang terekspos dalam narasi sejarah populer.

Lingkungan sekitar candi yang dikelilingi danau dan perkampungan adat menambah nilai historisnya. Kampung Pulo sendiri merupakan perkampungan adat yang masih mempertahankan tradisi leluhur. Kehidupan masyarakat di sekitar Candi Cangkuang menunjukkan kesinambungan antara masa lalu dan masa kini, di mana nilai-nilai adat dan sejarah tetap dijaga secara turun-temurun.

Kisah Dalem Arief Muhammad dan Peralihan Budaya

Menariknya, di kawasan yang sama dengan Candi Cangkuang terdapat makam Dalem Arief Muhammad, seorang tokoh penting dalam sejarah Islam di Garut. Dalem Arief Muhammad dikenal sebagai seorang pemimpin dan penyebar Islam yang diyakini masih memiliki garis keturunan dari kerajaan Islam Cirebon. Kehadirannya di wilayah ini menandai fase peralihan budaya dan kepercayaan dari Hindu menuju Islam.

Menurut cerita masyarakat setempat, Dalem Arief Muhammad datang ke wilayah Kampung Pulo untuk menyebarkan ajaran Islam secara damai. Ia tidak menghapus atau menghancurkan peninggalan Hindu yang telah ada, melainkan hidup berdampingan dengan warisan budaya tersebut. Sikap toleran ini tercermin dari keberadaan Candi Cangkuang yang tetap dibiarkan berdiri dan dihormati oleh masyarakat setempat, meskipun mayoritas penduduk telah memeluk agama Islam.

Makam Dalem Arief Muhammad hingga kini masih diziarahi oleh banyak orang. Ziarah ini tidak hanya bernilai religius, tetapi juga menjadi sarana untuk mengenang sejarah penyebaran Islam di tanah Sunda. Kehadiran makam dan candi dalam satu kawasan memperlihatkan bagaimana dua tradisi besar dapat hidup berdampingan tanpa konflik yang berarti.

Kisah Dalem Arief Muhammad juga berkaitan erat dengan terbentuknya Kampung Pulo sebagai kampung adat. Aturan adat yang berlaku, seperti jumlah rumah yang tetap dan larangan tertentu, dipercaya berasal dari ajaran dan petuah Dalem Arief Muhammad. Nilai-nilai tersebut masih dijunjung tinggi hingga saat ini, menunjukkan bagaimana pengaruh tokoh ini melampaui aspek keagamaan dan menyentuh tatanan sosial masyarakat.

Kesimpulan

Candi Cangkuang adalah lebih dari sekadar peninggalan Hindu di Garut; ia merupakan simbol pertemuan dua budaya besar dalam sejarah Indonesia. Keberadaannya sebagai satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda memberikan bukti penting tentang jejak Hindu-Buddha di Jawa Barat. Sementara itu, kisah Dalem Arief Muhammad mencerminkan proses peralihan menuju Islam yang berlangsung secara damai dan penuh toleransi. Perpaduan antara candi, makam, dan kampung adat di kawasan ini menjadikan Candi Cangkuang sebagai situs sejarah yang kaya makna. Melalui pelestarian dan pemahaman yang mendalam, Candi Cangkuang dapat terus menjadi sumber pembelajaran tentang keberagaman dan harmoni budaya di Nusantara.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top